Siang yang sangat panas menusuk bumi,seperti biasa ku bersama tiga teman-teman Gerakan Peduli Remaja
(sebut saja GPR) pergi menuju Lembaga Pemasyarakatan (LAPAS) Anak Pria
Tangerang. Hari itu kami menggunakan commuter untuk menuju LAPAS. Karena
lokasi rumah yang berbeda, maka kami memutuskan untuk bertemu di
Stasiun DURI jam 11:30. Tiba di Stasiun DURI kami menaiki Commuter
jurusan Tangerang.
Seperti biasa sebelum kami masuk,kami harus mengisi buku tamu yang ada di pos utama.Setelah itu barulah kami sama-sama masuk ke area para Andik Pas(anak didik lapas) dan kami (GPR ) menuju tempat ngumpul,tepatnya di dalam Masjid Baitull Rahmah.Memang ada rasa hangat pada diri kami semua,ketika memasuki area dimana biasa kita ngumpul bersama para Andik Pas.Dari kejauhan terdengar sahut-sahutan para Andik Pas,“kakaaaaaak..kakaaak…. bundaaa…bundaaaa……,”dari kejauhan pula kami membalasnya dengan senyuman sambil melambaikan tangan.Satu persatu pun Andik Pas datang menghampiri kami.
Tanpa terasa kami sudah tiba di Stasiun Tangerang. Tapi sebelum melanjutkan perjalanan ke Lapas, kami melaksanakan shalat zhuhur di Mushollah Stasiun karena waktu sudah menunjukkan pukul 12:30 wib. Setelah shalat, kami melanjutkan perjalanan. Dari Stasiun Tangerang kami menggunakan angkutan umum menuju Lapas. Jarak antara Stasiun dan Lapas tidak terlalu jauh, hanya 10 menit. Tepat pukul 13.00 kami tiba digerbang Lapas.
Seperti biasa sebelum masuk, kami harus mengisi buku tamu yang ada di pos utama. Setelah itu barulah kami sama-sama masuk ke dalam Lapas menuju tempat Masjid Baitul Rahmah yang berada di tengah lapangan Lapas. Ada rasa hangat pada diri kami ketika memasuki area dimana kami biasa berkumpul bersama para anak didik Lapas (Andikpas).
Dari kejauhan terdengar suara bersahut-sahutan “Kakaaaaaak..kakaaak…. bundaaa…bundaaaa……,”dari kejauhan pula kami membalasnya dengan senyuman sambil melambaikan tangan. Satu persatu Andikpas datang menghampiri kami.
Memang setiap datang ke Lapas dan mendengar cerita-cerita andikpas ada yang lain di perasaan kami, sepertinya semua rasa itu tumbuh jadi satu dari rasa manis, asin, asem, pahit dan sampai pahit banget itu bener ada. gimana perasaan engga nano-nano, jika di usia 13 tahun atau usia remaja sudah tergantung dengan barang yang namanya Narkoba dan dahsyatnya lagi sudah jadi pengedar pula (tim GPR pada tarik nafas hhhmmm….).
Narkoba memang menjadi kasus tertinggi di Lapas Anak Pria Tangerang dan yang ke dua asusila. Kami memang sudah akrab dengan andikpas, sehingga andikpas pun sudah tidak sungkan lagi kepada kami untuk curhat (konseling). Apalagi kalau diantara kami tidak hadir, andikpas pun bertanya kemana kakak yang satu lagi kenapa engga datang atau kemana bunda kok engga datang ya.
Tak terasa waktu berjalan tapi..kami masih asyik sharing dengan andikpas. Tiba-tiba kami mendengar suara adzan ashar di belakang bangunan Lapas, kebetulan di belakang bangunan Lapas berdiri bangunan yang besar berwarna Hijau dan sangat indah. Bangunan itu adalah Masjid AL-AZHOM, berdiri tepat di seberang kantor Walikota Tangerang. Ketika itu juga kami bersiap-siap untuk pulang dan kami pun pamit andikpas. Ada rasa berat dihati andikpas bila kami pulang, itu terlihat di paras wajah mereka.
Dengan berat hati kami pun pamit sambil melambaikan tangan. ”Bundaaaa…..kakaaaaak…. kapan kesini lagi?…..,Bundaaa…..kakaaaak…… hati hati ya……..teriak para andikpas.” Kami pun berjalan pulang melewati pintu utama dan berjalan menuju Masjid terbesar di Kota Tangerang yaitu Masjid AL-AZHOM untuk mengerjakan shalat Ashar berjama’ah. Setelah selesai shalat kami pun menuju Stasiun kereta Tangerang. Setibanya di Stasiun Duri, kami pun berpisah dan naik commuter dengan jurusan yang berbeda-beda.
Lapas adalah perjalanan yang memberi hikmah pada kami, juga kepada para pengunjung Lapas lainnya. Karena tidak sedikit dari mereka kembali ke jalan yang benar. Sebab sebelum di Lapas hidup mereka jauh dari aturan-aturan yang tidak sesuai dengan norma yang ada. Yang remaja seusia mereka berkaya dan berkreasi. Tapi LAPAS bukanlah akhir dari segalanya, karena hari esok masih ada.
Catatan kecil untuk Andikpas : Buat kamu-kamu yang mau berubah ‘Ayo harapan itu masih ada,semangat untuk menyambut hari esok yang lebih baik’,teruslah bermimpi. (Lisya Marlina).
Seperti biasa sebelum kami masuk,kami harus mengisi buku tamu yang ada di pos utama.Setelah itu barulah kami sama-sama masuk ke area para Andik Pas(anak didik lapas) dan kami (GPR ) menuju tempat ngumpul,tepatnya di dalam Masjid Baitull Rahmah.Memang ada rasa hangat pada diri kami semua,ketika memasuki area dimana biasa kita ngumpul bersama para Andik Pas.Dari kejauhan terdengar sahut-sahutan para Andik Pas,“kakaaaaaak..kakaaak…. bundaaa…bundaaaa……,”dari kejauhan pula kami membalasnya dengan senyuman sambil melambaikan tangan.Satu persatu pun Andik Pas datang menghampiri kami.
Tanpa terasa kami sudah tiba di Stasiun Tangerang. Tapi sebelum melanjutkan perjalanan ke Lapas, kami melaksanakan shalat zhuhur di Mushollah Stasiun karena waktu sudah menunjukkan pukul 12:30 wib. Setelah shalat, kami melanjutkan perjalanan. Dari Stasiun Tangerang kami menggunakan angkutan umum menuju Lapas. Jarak antara Stasiun dan Lapas tidak terlalu jauh, hanya 10 menit. Tepat pukul 13.00 kami tiba digerbang Lapas.
Seperti biasa sebelum masuk, kami harus mengisi buku tamu yang ada di pos utama. Setelah itu barulah kami sama-sama masuk ke dalam Lapas menuju tempat Masjid Baitul Rahmah yang berada di tengah lapangan Lapas. Ada rasa hangat pada diri kami ketika memasuki area dimana kami biasa berkumpul bersama para anak didik Lapas (Andikpas).
Dari kejauhan terdengar suara bersahut-sahutan “Kakaaaaaak..kakaaak…. bundaaa…bundaaaa……,”dari kejauhan pula kami membalasnya dengan senyuman sambil melambaikan tangan. Satu persatu Andikpas datang menghampiri kami.
Memang setiap datang ke Lapas dan mendengar cerita-cerita andikpas ada yang lain di perasaan kami, sepertinya semua rasa itu tumbuh jadi satu dari rasa manis, asin, asem, pahit dan sampai pahit banget itu bener ada. gimana perasaan engga nano-nano, jika di usia 13 tahun atau usia remaja sudah tergantung dengan barang yang namanya Narkoba dan dahsyatnya lagi sudah jadi pengedar pula (tim GPR pada tarik nafas hhhmmm….).
Narkoba memang menjadi kasus tertinggi di Lapas Anak Pria Tangerang dan yang ke dua asusila. Kami memang sudah akrab dengan andikpas, sehingga andikpas pun sudah tidak sungkan lagi kepada kami untuk curhat (konseling). Apalagi kalau diantara kami tidak hadir, andikpas pun bertanya kemana kakak yang satu lagi kenapa engga datang atau kemana bunda kok engga datang ya.
Tak terasa waktu berjalan tapi..kami masih asyik sharing dengan andikpas. Tiba-tiba kami mendengar suara adzan ashar di belakang bangunan Lapas, kebetulan di belakang bangunan Lapas berdiri bangunan yang besar berwarna Hijau dan sangat indah. Bangunan itu adalah Masjid AL-AZHOM, berdiri tepat di seberang kantor Walikota Tangerang. Ketika itu juga kami bersiap-siap untuk pulang dan kami pun pamit andikpas. Ada rasa berat dihati andikpas bila kami pulang, itu terlihat di paras wajah mereka.
Dengan berat hati kami pun pamit sambil melambaikan tangan. ”Bundaaaa…..kakaaaaak…. kapan kesini lagi?…..,Bundaaa…..kakaaaak…… hati hati ya……..teriak para andikpas.” Kami pun berjalan pulang melewati pintu utama dan berjalan menuju Masjid terbesar di Kota Tangerang yaitu Masjid AL-AZHOM untuk mengerjakan shalat Ashar berjama’ah. Setelah selesai shalat kami pun menuju Stasiun kereta Tangerang. Setibanya di Stasiun Duri, kami pun berpisah dan naik commuter dengan jurusan yang berbeda-beda.
Lapas adalah perjalanan yang memberi hikmah pada kami, juga kepada para pengunjung Lapas lainnya. Karena tidak sedikit dari mereka kembali ke jalan yang benar. Sebab sebelum di Lapas hidup mereka jauh dari aturan-aturan yang tidak sesuai dengan norma yang ada. Yang remaja seusia mereka berkaya dan berkreasi. Tapi LAPAS bukanlah akhir dari segalanya, karena hari esok masih ada.
Catatan kecil untuk Andikpas : Buat kamu-kamu yang mau berubah ‘Ayo harapan itu masih ada,semangat untuk menyambut hari esok yang lebih baik’,teruslah bermimpi. (Lisya Marlina).
Komentar
Posting Komentar