
Tiap pagi sebelum Qonita melakukan kegiatan, ia selalu menyempatkan dirinya bercakap-cakap dengan dengan bunga-bunga kesayangannya. Disiramnya bunga-bunga itu dengan penuh kasih sayang.
“Mawar, kamu lihat tidak, akhir-akhir ini, Qonita tampak murung, ia tidak pernah lagi tersenyum pada kita,” kata bunga lily membuka pembicaraan pagi itu.
“Coba kita tanya saja pada anggrek. Kan kemarin Qonita membawanya masuk ke taman dalam rumah. Kita tunggu anggrek saja.” jawab bunga lily.
“Iya, betul mawar, aku perhatikan akhir-akhir ini Qonita memang murung,” sambung bunga aster
Tak lama, Qonita pun keluar rumah. Betul kata mawar, lily dan aster. Wajah Qonita murung pagi itu. Ditangannya memegang pot bunga anggrek. Qonita pun meletakkan bunga anggrek bersama dengan teman-temannya. Qonita menatap mereka satu persatu.
“Bunga-bungaku sayang, seandainya kalian bisa bicara……” kata Qonita sambil mengelus pucuk bunga aster.
Kemudian, Qonitapun masuk kembali ke dalam rumah.
“Anggrek, ada apa dengan Qonita?” mawar langsung bertanya pada anggrek.
Anggrek terdiam, kemudian berkata “Heehh…. biasa teman-teman, ibunda Qonita menawarkan lagi beberapa orang laki-laki untuk menjadi suami Qonita. Tapi tak satupun yang Qonita sukai,” jawab anggrek.
“Memang kenapa anggrek? Tidak memenuhi kriteria Qonita yah?” Tanya aster
“Bukan, bukan itu, tapi masalahnya, mereka semua rata-rata ingin menjadikan Qonita sebagai istri simpanan. Jelas Qonita menolak. Sebenarnya, Qonita tidak menolak untuk jadi istri kedua, namun, Qonita meminta pada mereka, agar yang melamar istri pertama mereka. Nah para lelaki itu keberatan. Mereka justru bilang ke Qonita, jangan sampai istri pertama dan anak-anaknya tahu. Begitu.”
“Loh, tapi kan, Qonita sendiri pernah berkata, kalau lelaki ingin menikah lagi, tidak dapat ijin dari istri pertama juga ga masalah,” kata lily
“Iya, iya, soal itu pun, Qonita tidak menyangkalnya. Karena menurut ustazah tempat Qonita mengaji, hal itu sah-sah saja. Tapi, sayangnya, para lelaki yang hendak melamar Qonita itu, semuanya belum memberikan sakinah, mawaddah, warrahmah, pada keluarganya masing-masing. Misalnya nih, istri salah seorang lelaki yang hendak melamar Qonita, masih sering mengeluarkan kata-kata kasar waktu ia marah….trus…”
Belum sempat anggrek meneruskan kalimatnya, mawar telah memotongnya “Loh, dari mana Qonita tahu? Kan ia belum kenal dengan keluarga lelaki itu?” Tanya mawar keheranan.
“Yah dari cerita lelaki yang hendak melamar Qonita lah. Dia bercerita banyak. Kata Qonita, mereka rata-rata mengeluh tentang istri pertama mereka, cenderung membuka aib istri mereka,” jawab anggrek
“Wahhh….. kok tega sih….” kata aster menimpali.
“Iya, makanya Qonita menolak. Kalau memang lelaki yang melamar itu soleh, pasti ia tidak akan berani membuka aib istri sebelumnya. Intinya, semalam waktu Qonita berdoa, sebenarnya ia tidak keberatan dengan siapapun yang akan menikahinya. Namun Qonita ingin sekali mendapatkan lelaki soleh, yang mencintainya karena Allah dan mau menerima segala kekurangannya.” jawab anggrek panjang lebar
“Hmm…. kalau itu sih syarat semua wanita anggrek,” timpal lily.
“Oya, Qonita juga bertekad, ia akan bertahan dengan keadaannya sekarang, walaupun usianya yang sudah hamper empat puluh tahun, ia tetap teguh dengan syaratnya, yaitu, ingin mendapat lelaki yang sholeh. Karena ia yakin akan janji Allah, bahwa Allah menciptakan manusia berpasang-pasangan.” tambah anggrek lagi
“Itu syarat mutlak semua wanita, anggrek.” kata mawar
“Eh, kenapa ya, belum ada lelaki soleh yang melamar Qonita sampai saat ini?” gumam lily
“Kalau aku dengar dari curhatnya Qonita, katanya saat ini lelaki yang sudah berkeluarga, rata-rata lebih memilih wanita yang usianya lebih muda daripada Qonita. Rata-rata mereka memilih usia yang dibawah tiga puluh tahun. Begitu kata Qonita.” jawab aster
“Wah, kasihan sekali dong wanita-wanita seperti Qonita, mereka tidak jelek, walaupun tidak secantik bidadari, dan mereka pun shalihah. Apa lagi yang kurang. Dan yang paling penting, mereka rata-rata sudah siap untuk menikah,” kata mawar sambil menggeleng-gelengkan kelopaknya.
“Sudahlah mawar, maklum saja, namanya juga lelaki, kata Qonita, memang begitulah fitrah lelaki,” kata anggrek menenangkan mawar.
“Hmm, ternyata enak juga ya, jadi bunga, kita tidak perlu memikirkan laki-laki….hehe…..” goda lily pada teman-temannya.
Dan merekapun tertawa sambil menggerakkan kelopaknya dan batang bunganya.
……………………………………………………………
Siang itu, wajah Qonita sumringah. Hari yang dinanti pun tiba. Hari yang tidak pernah ia sangka akan datang padanya. Mengingat usianya yang saat ini telah menginjak 39thn, Qonita tidak terlalu berharap lagi, ada seorang lelaki yang akan melamarnya menjadi istri.
“Hei teman-teman, lihat wajah Qonita, selalu berseri-seri. Tersenyum sepanjang hari.” Kata mawar.
Bunga-bunga itu kini diletakkan di pinggir jendela kamar Qonita. Qonita sendiri yang memindahkan mereka dari luar, karena taman di depan rumahnya sedang mengalami perombakan untuk menyambut hari besarnya.
“Ya iyalah, kan sebentar lagi Qonita akan menikah. Semalam kita dengar sendiri kan, waktu Qonita berdoa,” jawab lily
“Akhirnya, Alhamdulillah ya, Qonita menemukan juga pria impiannya,” kata aster menimpali
“Iya, Qonita juga ga menyangka masih ada lelaki yang mau mengajaknya menikah. Qonita sebenarnya sudah tidak berharap lagi. Ia hanya berharap, kelak, Allah akan memberinya pendamping di surga. Tapi ternyata Allah punya rencana lain.”kata anggrek pada teman-temannya.
“Anggrek, kamu kan paling sering diajak curhat oleh Qonita, memang siapa sih lelaki itu?” Tanya mawar penasaran.
Anggrek tersenyum sambil mengembangkan daun-daun dan kelopaknya, kemudian anggrek bercerita pada teman-temannya “Lelaki itu, lelaki soleh. Usianya jauh dibawah Qonita. Delapan tahun lebih muda dari Qonita. Pertama taaruf, Qonita tidak percaya. Masa sih ada lelaki muda yang masih mau denganku? Yang sudah matang usianya pun rata-rata menginginkan aku untuk jadi istri keberapanya mereka. Tapi, ini kok masih muda dan soleh, ingin menjadikan aku sebagai permaisurinya…Begitu curhat Qonita padaku. Tapi, kata Qonita lagi, lelaki soleh itu meyakinkan Qonita, bahwa, ia ingin membangun sebuah keluarga bukan didasarkan atas fisik, usia, harta dan lain sebagainya yang bersifat duniawi. Lelaki soleh itu betul-betul ingin beribadah, ingin menyempurnakan setengah ibadahnya. Kata lelaki soleh itu lagi, ia ingin membangun keluarga yang tak hanya indah di dunia, namun juga indah di surga. Begitu cerita Qonita.”
Mawar, lily, dan aster, tak mampu berkata-kata, mereka terkesima dengan penjelasan anggrek.
“Huss, kok jadi bengong semua,” kata anggrek mengagetkan teman-temannya
“Kok seperti dongeng saja ya?” gumam mawar dengan ekspresi tak percaya
“Sudahlah teman-teman, kita doakan saja agar Qonita berbahagia, ini hadiah terbesar dari Allah untuk Qonita. Allah Maha Memenuhi janji-Nya pada ummat-Nya yang soleh.” kata anggrek
“Aku jadi penasaran, bagaimana rupa lelaki soleh itu ya….?” Tanya lily
“Ah, kamu lily, Qonita saja tidak mementingkan fisik lelaki yang akan melamarnya, yang penting soleh, mencintainya karena Allah, dan membangun keluarga karena Allah, begituuu…..”jawab anggrek gemas
Qonita baru saja menyelesaikan shalat dhuhanya, ia menatap keluar jendela, menatap keempat bunga kesayangannya, dan ia pun tersenyum pada mereka, seakan mengamini doa bunga-bunganya…
“Saat indah itu pasti akan tiba, entah di dunia, atau di akhirat…..” gumam Qonita sambil terus tersenyum pada bunga-bunganya.
Komentar
Posting Komentar